Text Practice Mode
mulanya aku tak percaya
created May 23rd, 02:50 by ApriliantoPutraRimba
0
401 words
19 completed
0
Rating visible after 3 or more votes
saving score / loading statistics ...
00:00
Mulanya aku tak percaya sebagaimana orang disekitarku tidak percaya. Tak satupun sandi sebagai isyarat yang dapat kumengerti. Sepintas bayangan melintas di hadapanku, sesekali mengeluarkan ajakan.
Agaknya kekurangpahaman ini menyebabkan banyaknya rekan sebayaku yang mengurungkan niat. Atau letih atau punya jalan lain yang menjanjikan. Namun aku tak terganggu sementara jalan di hadapanku semakin menanjak dan menyempit. Waktupun terus berlalu, aku terus melangkah mencari jejak bayangan itu. Hampir seperempat umurku ku habiskan di jalan ini dan kini makin kupahami tabiat jalan yang telah kupilih.
Entah untuk beberapa kalinya kutersungkur nafasku mulai tersengal kadang kujumpai orang tengah berdiri di tengah jalan. Ia nampak sinis tak percaya, orang bilang aku terlalu ringkih untuk menuntaskan seluruh perjalanan ini tapi aku tak peduli. Kini di hadapanku berdiri angkuh tebing terjal tanahnya coklat basah dipinggirnya ada semak-semak liar menatapku dengan masam, sementara dari sudut mataku kutangkap jalan lain yang jauh lebih mudah, tak ada licin yang menantiku tergelincir, tak ada semak, jalanpun lapang dan teduh tapi aku tak mau menatap jalan itu. Kupertajam tatapanku ke arah tebing angkuh tadi. Samar dapat kulihat jejak jejak kaki sebelumku.
Babak perjalanan barupun kumulai. Setiap langkah kuperhatikan dengan cermat. Salah pijak hampir pasti tergelincir. Terpaksa kuakui kalau nyali ini agak menciut.
Mulanya aku tak percaya sebagaimana orang disekitarku tidak percaya. Tak satupun sandi sebagai isyarat yang dapat kumengerti. Sepintas bayangan melintas di hadapanku, sesekali mengeluarkan ajakan.
Agaknya kekurangpahaman ini menyebabkan banyaknya rekan sebayaku yang mengurungkan niat. Atau letih atau punya jalan lain yang menjanjikan. Namun aku tak terganggu sementara jalan di hadapanku semakin menanjak dan menyempit. Waktupun terus berlalu, aku terus melangkah mencari jejak bayangan itu. Hampir seperempat umurku ku habiskan di jalan ini dan kini makin kupahami tabiat jalan yang telah kupilih.
Entah untuk beberapa kalinya kutersungkur nafasku mulai tersengal kadang kujumpai orang tengah berdiri di tengah jalan. Ia nampak sinis tak percaya, orang bilang aku terlalu ringkih untuk menuntaskan seluruh perjalanan ini tapi aku tak peduli. Kini di hadapanku berdiri angkuh tebing terjal tanahnya coklat basah dipinggirnya ada semak-semak liar menatapku dengan masam, sementara dari sudut mataku kutangkap jalan lain yang jauh lebih mudah, tak ada licin yang menantiku tergelincir, tak ada semak, jalanpun lapang dan teduh tapi aku tak mau menatap jalan itu. Kupertajam tatapanku ke arah tebing angkuh tadi. Samar dapat kulihat jejak jejak kaki sebelumku.
Babak perjalanan barupun kumulai. Setiap langkah kuperhatikan dengan cermat. Salah pijak hampir pasti tergelincir. Terpaksa kuakui kalau nyali ini agak menciut.
Agaknya kekurangpahaman ini menyebabkan banyaknya rekan sebayaku yang mengurungkan niat. Atau letih atau punya jalan lain yang menjanjikan. Namun aku tak terganggu sementara jalan di hadapanku semakin menanjak dan menyempit. Waktupun terus berlalu, aku terus melangkah mencari jejak bayangan itu. Hampir seperempat umurku ku habiskan di jalan ini dan kini makin kupahami tabiat jalan yang telah kupilih.
Entah untuk beberapa kalinya kutersungkur nafasku mulai tersengal kadang kujumpai orang tengah berdiri di tengah jalan. Ia nampak sinis tak percaya, orang bilang aku terlalu ringkih untuk menuntaskan seluruh perjalanan ini tapi aku tak peduli. Kini di hadapanku berdiri angkuh tebing terjal tanahnya coklat basah dipinggirnya ada semak-semak liar menatapku dengan masam, sementara dari sudut mataku kutangkap jalan lain yang jauh lebih mudah, tak ada licin yang menantiku tergelincir, tak ada semak, jalanpun lapang dan teduh tapi aku tak mau menatap jalan itu. Kupertajam tatapanku ke arah tebing angkuh tadi. Samar dapat kulihat jejak jejak kaki sebelumku.
Babak perjalanan barupun kumulai. Setiap langkah kuperhatikan dengan cermat. Salah pijak hampir pasti tergelincir. Terpaksa kuakui kalau nyali ini agak menciut.
Mulanya aku tak percaya sebagaimana orang disekitarku tidak percaya. Tak satupun sandi sebagai isyarat yang dapat kumengerti. Sepintas bayangan melintas di hadapanku, sesekali mengeluarkan ajakan.
Agaknya kekurangpahaman ini menyebabkan banyaknya rekan sebayaku yang mengurungkan niat. Atau letih atau punya jalan lain yang menjanjikan. Namun aku tak terganggu sementara jalan di hadapanku semakin menanjak dan menyempit. Waktupun terus berlalu, aku terus melangkah mencari jejak bayangan itu. Hampir seperempat umurku ku habiskan di jalan ini dan kini makin kupahami tabiat jalan yang telah kupilih.
Entah untuk beberapa kalinya kutersungkur nafasku mulai tersengal kadang kujumpai orang tengah berdiri di tengah jalan. Ia nampak sinis tak percaya, orang bilang aku terlalu ringkih untuk menuntaskan seluruh perjalanan ini tapi aku tak peduli. Kini di hadapanku berdiri angkuh tebing terjal tanahnya coklat basah dipinggirnya ada semak-semak liar menatapku dengan masam, sementara dari sudut mataku kutangkap jalan lain yang jauh lebih mudah, tak ada licin yang menantiku tergelincir, tak ada semak, jalanpun lapang dan teduh tapi aku tak mau menatap jalan itu. Kupertajam tatapanku ke arah tebing angkuh tadi. Samar dapat kulihat jejak jejak kaki sebelumku.
Babak perjalanan barupun kumulai. Setiap langkah kuperhatikan dengan cermat. Salah pijak hampir pasti tergelincir. Terpaksa kuakui kalau nyali ini agak menciut.
