Text Practice Mode
"Penjaga Halaman yang Terlupakan"
created Apr 19th, 03:16 by Puspita A. Gea
0
322 words
131 completed
4
Rating visible after 3 or more votes
saving score / loading statistics ...
00:00
Pada suatu hari yang cerah di sebuah kota kecil yang terletak di pinggir danau, hiduplah seorang pria tua yang memiliki toko buku antik. Toko itu penuh dengan buku-buku usang, peta kuno, dan catatan-catatan sejarah yang sudah menguning dimakan usia. Setiap pagi, pria tua itu akan menyeduh secangkir teh hangat, membuka pintu tokonya, dan menyambut siapa saja yang datang dengan senyuman ramah. Ia tidak peduli berapa banyak buku yang terjual dalam sehari, karena baginya, setiap buku memiliki jiwa, dan tugasnya adalah menjaga agar jiwa-jiwa itu tidak dilupakan.
Anak-anak sering mampir ke tokonya, bukan untuk membeli buku, tetapi untuk mendengar cerita-cerita ajaib yang selalu ia ceritakan dengan penuh semangat. Cerita tentang dunia-dunia yang tidak terlihat, tentang pahlawan yang terlahir dari kesederhanaan, dan tentang petualangan yang dimulai hanya dengan membuka halaman pertama. Setiap cerita membuat para pendengarnya larut, seolah-olah mereka dibawa jauh ke negeri lain, tempat waktu berjalan lebih lambat dan imajinasi menjadi nyata.
Namun, di balik kehangatan toko itu, tersembunyi sebuah rahasia. Di ruang belakang yang terkunci rapat, terdapat sebuah buku yang tidak pernah dibuka selama puluhan tahun. Sampulnya terbuat dari kulit tua, dan tulisan di bagian depannya telah pudar. Konon, buku itu berisi kisah yang bisa mengubah takdir siapa pun yang membacanya. Tapi sang pemilik toko memilih untuk tidak membuka buku itu, karena ia percaya bahwa takdir seharusnya dijalani, bukan ditulis ulang.
Pada suatu malam yang sunyi, ketika hujan turun perlahan dan angin berdesir di antara jendela, seorang pengunjung misterius datang. Ia mengenakan jubah hitam, dengan mata tajam yang seolah bisa menembus waktu. Ia tidak tertarik pada buku-buku biasa, melainkan langsung bertanya tentang buku yang tersembunyi. Pria tua itu terdiam. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa takut — bukan karena pengunjung itu, melainkan karena kemungkinan bahwa buku itu akhirnya akan dibuka.
Dan di sinilah kisah ini dimulai. Di antara halaman-halaman yang belum dibuka, tersimpan takdir yang belum ditentukan. Mungkin kamu, yang sedang membaca ini, akan menjadi bagian dari kisah itu. Siapa tahu?
Anak-anak sering mampir ke tokonya, bukan untuk membeli buku, tetapi untuk mendengar cerita-cerita ajaib yang selalu ia ceritakan dengan penuh semangat. Cerita tentang dunia-dunia yang tidak terlihat, tentang pahlawan yang terlahir dari kesederhanaan, dan tentang petualangan yang dimulai hanya dengan membuka halaman pertama. Setiap cerita membuat para pendengarnya larut, seolah-olah mereka dibawa jauh ke negeri lain, tempat waktu berjalan lebih lambat dan imajinasi menjadi nyata.
Namun, di balik kehangatan toko itu, tersembunyi sebuah rahasia. Di ruang belakang yang terkunci rapat, terdapat sebuah buku yang tidak pernah dibuka selama puluhan tahun. Sampulnya terbuat dari kulit tua, dan tulisan di bagian depannya telah pudar. Konon, buku itu berisi kisah yang bisa mengubah takdir siapa pun yang membacanya. Tapi sang pemilik toko memilih untuk tidak membuka buku itu, karena ia percaya bahwa takdir seharusnya dijalani, bukan ditulis ulang.
Pada suatu malam yang sunyi, ketika hujan turun perlahan dan angin berdesir di antara jendela, seorang pengunjung misterius datang. Ia mengenakan jubah hitam, dengan mata tajam yang seolah bisa menembus waktu. Ia tidak tertarik pada buku-buku biasa, melainkan langsung bertanya tentang buku yang tersembunyi. Pria tua itu terdiam. Untuk pertama kalinya dalam hidupnya, ia merasa takut — bukan karena pengunjung itu, melainkan karena kemungkinan bahwa buku itu akhirnya akan dibuka.
Dan di sinilah kisah ini dimulai. Di antara halaman-halaman yang belum dibuka, tersimpan takdir yang belum ditentukan. Mungkin kamu, yang sedang membaca ini, akan menjadi bagian dari kisah itu. Siapa tahu?
